Disarikan oleh Mayang Sri Herbimo*}
Pada materi kali ini, marilah kita mempelajari
tentang peralatan utama fotografi, yaitu kamera dan prinsip-prinsip kerjanya.
Kamera yang akan dipelajari dikonsentrasikan pada jenis kamera digital (DSLR).
Namun prinsip kerja kamera analog pun masih kita singgung, mengingat cara
kerjanya masih terkait dengan kamera moderen yang saat ini digunakan oleh para
fotografer.
A. KAMERA DAN BAGIAN-BAGIANNYA
Pada umumnya bagian-bagian kamera antara lain terdiri
dari :
a. Lensa
b. Lubang intip (viewfinder)
c. Tombol shutter
d. LCD penampil data kamera
e. LCD penampil gambar
f. Tombol menu
g. Tombol on/off
h. Tombol set
i.
Pemutar
gambar dan diafragma
j.
Pemutar
kecepatan
k. Tompol self timer
l.
Tombol
lampu kilat
m. Tombol operasional pemantau hasil gambar
n. Tombol pengatur operasional foto
o. Tombol pembuka lensa
p. Tempat bateray
q. Cermin internal
r.
Sistem
komputer image digital
B. PRINSIP KERJA KAMERA
Kamera foto
pada saat ini telah menjadi alat yang mudah cara penggunaannya sehingga sebuah
kamera foto beserta prosedur pemotretannya dapat dioperasikan oleh siapa saja.
Bahkan ada jenis-jenis kamera tertentu yang cara penggunaannya mudah sehingga
anak kecil pun dengan diberi penerangan yang singkat dapat segera mempergunakannya dan mendapatkan
hasil yang cukup baik.
Prinsip kamera sesungguhnya sederhana, yaitu
adanya sebuah ruang yang benar-benar gelap dan terdapat celah untuk memasukkan cahaya
atau sinar. Celah itu dilengkapi dengan suatu lensa, dengan demikian benda yang
akan digambar lewat lensa tersebut diproyeksikan ke dalam suatu sismtem, yang
kemudian merekam gambar sesuai dengan
yang akan diproyeksikan dalam keadaan terbalik.
|
Gambar 2 Prinsip kerja sebuah kamera
Sebelum kita membahas penggunaan kamera untuk
menghasilkan gambar yang baik marilah kita lebih dulu mengenal dan mengetahui
alat-alat dan perlengkapan lain yang dipergunakan.
C. MACAM KAMERA
Menurut teknologinya, jenis kamera pada umumnya
dikenal 2 macam yaitu :
1. Kamera yang menggunakan media film
Kamera jenis ini merupakan perkembangan
teknologi kemera analog yang sudah dikembangkan sejak tahun 322 SM dan etlah
mengalami evolusi tenolgi kamera.
2. Kamera digital
Kamera ini merupakan lompatan dari
teknolgi fotografi untuk mengikuti perkembangan
teknolgi informasi berbasis digiital yang
semaikin pesat dan canggih.
Menurut jenisnya pada saat ini
kamera digital terbagi dalam 3 jenis kamera yaitu :
1. Kamera digital compact (dikenal istilah
pocket)
Kamera jenis ini sangat praktis digunakan
oleh siapa saja, terutama untuk kepentingan yang bersifat sederhana dan
travelling.
2. Kamera digital prosumer.
Jenis kamera ini merupakan peralihan dari
kamera compact menuju kamera DSLR, karena sistem kerjanya sudah menyesuaikan
dengan sistem kerja kamera DSLR.
3. Kamera DSLR (Digital Singgle Lens Reflect)
Kamera dengan teknolgi DSLR merupakan
jenis kamera digital yang mendekati sempurna untuk digunakan dalam pemotretan
oleh para amatir, profesional maupun pehoby fotografi yang mebutuhkan kualitas
lebih.
Sedangkan menurut konstruksi atau bentuknya kamera
pada era analog dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu view camera, view
finder camera, reflek camera, dan kamera polaroid.
1. View Camera
Kamera jenis ini merupakan jenis kamera analog
yang jarang dipakai di luar ruangan karena besar dan berat sehingga kurang
praktis. Film yang dipergunakan adalah film sheet yang ukurannya pun
bermacam-macam yakni : 10 x 20 cm; 20 x 25 cm. Jenis kamera tersebut banyak
dipakai di studio foto. Film sheet adalah film dalam bentuk lembaran-lembaran (
untuk membuat pas foto). Padanya terdapat
penyambung antara lensa dan badan kamera yang bentuknya berlipat-lipat untuk
memungkinkan gerakan maju mundur sehingga pengaturan ketajaman dapat dilakukan.
Pada jenis kamera ini
digunakan tripot yaitu penyangga yang mempunyai kaki tiga buah, dimana
penggunaan kamera dan tripot itu adalah untuk pengambilan gambar objek yang
bersiaft statis (pasfoto).
Keuntungan dari jenis ini adalah memungkinkan
didapatnya foto-foto dalam ukuran yang besar, goresan-goresan kecil pada
negatif filmnya serta debu-debu yang melekat padanya tidak begitu mengganggu.
Dengan digunakannya ulur lipat maka kedudukan lensa dapat diatur. Merk yang
terkenal pada jenis kamera ini adalah Linhof dan Sinar.
2. View Finder Kamera
Kamera jenis ini banyak
kita jumpai dalam kehidupan sehari-sehari karena bentuknya ringan dan kecil
(compact film), mudah dibawa kemana-mana. Adapun ciri-ciri khas dari jenis
kamera ini adalah adanya jendela bidik dan lensanya terpasang mati. Merk-merk
jenis ini misalnya Yashica, Canon, Et Olympus, Fujica, Ricoh dan lain-lain.
Keuntungan dari jenis
kamera ini adalah bentuknya praktis, kecil, ringan, mudah dibawa kemana-mana
dan harganya pun relatif lebih murah. Tetapi dalam penggunaannya diperlukan
kehati-hatian dan hanya terbatas pada pengambilan jarak dekat saja.
3. Kamera Refleks
Jenis ini terbagi menjadi dua jenis,
yaitu refleks lensa kembar dan refleks lensa tunggal :
1. Refleks lensa kembar, dmana kedua lensanya dapat
diganti-ganti;
2. Refleks lensa tunggal, di mana penggantian lensa lebih mudah,
pengukuran cahaya lewat lensa dalam kedudukan akan menghasilkan lebih tepat.
Perbedaan antara kedua
jenis kamera reflek kamera tersebut jelas terletak pada sisitem pembidikan.
Jenis lensa tunggal terdapat prisma untuk meneruskan gambar yang diamati. Pada
jenis lensa tunggal ini dapat dikatakan apa yang terlihat pada pengamatan merupakan
apa yang nantinya menjadi gambar.
3. Kamera Polaroid
Pada prinsipnya kamera plaroid sama dengan jenis
kamera lainnya, hanya disini digunakan film khusus Polaroid yang langsung
menghasilkan foto tanpa melewati negatif dan positif. Film khusus ini adalah
kertas foto lengkap dengan bahan-bahan kimia yang diperlukan. Prosesnya dapat
dikatakan cepat sekali tetapi dalam soal ketahanan dikatakan tidak awet dan
tidak dapat dicetak ulang karena tanpa klise. Jenis film ini disebtu film
instan.
D. BAGIAN-BAGIAN KAMERA
Berebarapa bagian kamera
yang mudah kita amati, antara lain :
1. Lensa
Pengenrtian lensa pada
kamera adalah gabungan elemen kaca atau plastik yang berfungsi meneruskan sinar
dengan kombinasi warna untuk diteruskan pada permukaan film dengan titik api
yang sama di satu tempat.
Lensa merupakan bagian vital dari sebuah kamera, karena lensa sangat
menentukan baik buruknya gambar yang dihasilkan
Lensa pada hakikatnya
dapat dikatakan menduduki tempat pertama dalam perlengkapan yang menyertai
sebuah kamera. Lensa berfungsi sebagai satu-satunya celah masuknya sinar dari
luar yang memungkinkan terekamnya gambar pada film. Besarnya fokus biasanya
dinyatakan dengan huruf ”F” misalnya f/8 artinya menyatakan kuat lensanya pada
angka perbandingan panjang fokus tersebut dengan garis tengah lensanya sendiri.
Ada tiga jenis lensa pada
kamera, yaitu lensa standar (normal), lensa jarak, dan lensa sudut lebar.
a. Lensa Standar (Normal)
Oleh masyarakat umum
yang dinyatakan lensa normal atau standar adalah lensa 50 mm. Pada film yang
berukuran 24 x 36 memiliki garis diagonal 43,2. Ukuran tersebut mendekati pada
lensa 50 mm atau panjang prosesnya mendekati 50 mm, jadi lensa standar 50 mm
ini adalah untuk film 35 mm yang beredar dipasaran umum. Semakin besar ukuran
film yang dipakai maka semakin besar pula panjang film lensa standarnya.
Lensa ini mempunyai panjang fokus yang sama dengan panjang garis diagonal
dari negatif yang dihasilkan.
b. Lensa Jarak – Titik Bakar Panjang
Lensa dengan panjang fokus
lebihbpanjang dari lensa standar dinamakan lensa tele atau lensa pelihat jauh. Lensa
tele, bidang yang dicakup akan lebih sempit daripada lensa normal. Dengan lensa
ini benda yang jauh tampak dekat.
c.
Lensa Sudut Lebar
Lensa sudut lebar mempunyai
panjang fokus lebih pendek dari lensa normal. Untuk bidang objek yang terletak
pada jarak yang sama, lensa ini dapat mencakup bidang yang lebih lebar
dibandingkan dengan kedua jenis lensa tersebut di atas.
Misalnya kita memotret
seseorang penuh satu badan dengan lensa normal kita memerlukan jarak pemotretan
lebih kurang 3 meter sedangkan dengan lensa sudut lebar cukup dengan jarak 2
meter saja, sedangkan untuk lensa jenis tele kita harus menjauhkan lagi lebih
kurang berjarak 7,5 meter. Gambar yang nampak pada film untuk lensa sudut lebar
akan lebih kecil dibandingkan dengan lensa normal dan pada lensa tele gambar
yang tampak akan lebih besar daripada kedua jenis lensa tersebut.
Selain ketiga jenis lensa
di atas terdapat lagi jenis yang bersifat khusus seperti berikut.
a. Lensa mata ikan
Lensa ini memiliki susdut
pandang 180 derajat maka akan tampak apa yang ada di deoan kamera kita. Kelemahan
pada lensa jenis ini adalah adanya garis-garis yang menonjol atau melengkung,
sedangkan objek yang sebenarnya adalah garis lurus. Maka penggunaan lensa ini
hanya khusus untuk menonjolkan objek-objek tertentu.
b.
Lensa
fokus mati
Lensa ini mempunyai fokus
yang tetap (mati) yang merupakan lensa berkonstruksi sederhana untuk digunakan
pada kamera-kamera yang sederhana pula. Titik api fokus lensa tersebut adalah tetap tidak dapat diatur-atur.
c. Lensa Close
Dengan memasangkan atau
menambahkan sebuah lensa di muka lensa pada kamera, akan memungkinkan kamera
untuk mendekatkan obyek yang akan kita kehendaki. Sehingag dalam hal ini akan
mendapatkan gambar yang lebih besar. Didalam penggunaannya kita harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
- Kita harus dapat mengatur ketepatan jarak karena selang ketajaman yang kita peroleh sangat sempit.Untuk menghindari kesalahpandangan kamera maka kita angkat sedikit di sebelah muka.
1. Diafragma
Diafragma adalah celah
yang berfungsi sebagai pengatur banyak sedikitnya sinar cahay yang masuk
mengenai film. Angka diafragma dnyatakan dengan huruf F=.... . Pada gelang
pengatur diafragma kita dapatkan angka : 1,4 – 2,8-4-5,6-8-11-16-22. Antara
angka dengan besarnya celah terdapat perbandingan yang terbalik sehingga makin
kecil angka tersebut maka akan makin besra celah diafrgama atau makin besar
angka makin kecil celahnya. Semakin besar celah berarti semakin banyak cahaya
masuk atau semakin besar angka makin sedikit angka cahaya yang masuk.
Memebesar dan mengempitnya bukaan diafrgama diatur dengan gelang pengatur
diafragma. Semakin besar bukaan diafragma maka akan semakin dangkal ruang
tajamnya, yakni akan menghasilkan foto yang berlatar belakang kabur. Sebaliknya
semakin kecil bukaan diafragmanya maka akan semakin dalam ruang tajamnya dan
menghasilkan latar belakang yang tajam pula.
2. Rana (Shutter)
Rana atau shutter ialah
pembuka dan penutup jalam masuknya cahaya dan juga merupakan pengatur banyak
sedikitnya cahaya. Pengaturan dilakukan dengan kecepatan rana (shutter speed).
Pada gelang pengatur shutter speed terdapat angka-angka
1-2-4-8-15-39-60-125-250-500-1000-2000. Misalnya angka 15 menunjukkan kecepatan
rana 1/15 detik dan seterusnya.
Sedangkan cara kerjanya adalah sebelum pengambilan foto atau selama kamera
tersebut belum dipakai, rana akan berada pada posisi tertutup untuk mencegah
masuknya sinar ke film dalam kamera. Rana ini akan terbuka pada waktu kita
melakukan pemrotetan dengan cara menekan tombol pembuka rana maka cahaya akan
masuk membuat gambaran pada bidang film, kemudian menutup lagi.
Rana terdiri dari dua jenis , rana pusat dan rana celah.
a. Rana Pusat
Rana yang terletak
diantara lensa, rana ini hampir di semua jenis kamera dengan lensa yang tetap
(mati terpasang), letaknya diantara elemen-elemen lensa yang bersebelahan
dengan diafragma .
b. Rana Celah
Rana yang terletak
dibidang datar fokus. Menggunakan kamera yang berana pusat, serta penggunaan
lampu kilat dengan memasang kecepatan berapa saja akan menghasilkan gambar yang
sama sempurnanya. Menggunakan kamera berana celah dengan penggunaan lampu kilat
biasanya diberi suatu batasan tertentu yang dinyatakan dengan suatu tanda,
umumnya pada kecepatan rendah/sedang.
Hubungan antara kecepatan
rana dan pengaturan cahaya yakni bilangan kecepatan yang lebih kecil berarti
kecepatan itu sendiri lebih lambat sehingga mengakibatkan cahaya yang masuk
lebih sedikit.
3. Alat Pembidik
Alat pembidik adalah alat
untuk mengetahui sampai mana batas-batas bidangobjek yang dicakup oleh bidang
gambar. Jenis alat pembidik ada dua macam, yaitu pembidik setinggi mata dan
pembidik setinggi pinggang.
a. Pembidik Setinggi Mata
Kebanyakan digunakan pada
kamera-kamera dengan ukuran film 35 mm yang pada beberapa diantaranya dapat
diubah atau diganti dengan sistem bidikan jenis kedua yaitu pembidik setinggi
pinggang.
Pada jenis refelks lensa
tunggal jendela bidik adalah tepat sama dengan apa yang nanti akan direkam di
film.
b. Pembidik setinggi Pinggang
Pada jenis pembidik ini biasanya digunakan
pada kamera-kamera yang menggunakan film-film besar.
Dengan menggunakan
sistem ini kamera mempunyai kelebihan yaitu keleluasaanya dalam melakukan
variasi sehubungan dengan sudut pengambilan serendah tanah, di atas kepala
ataupun pengambilan menyamping.
4.
Alat Pengatur Jarak
Alat pembantu pengaturan
jarak ini banyak kaitannya dengan alat pembidik, umumnya diletakkan
ditengah-tengah alat pembidik sehingga sambil membidik sekaligus dapat
menggerakkan. Alat pengatur jarak ini untuk menajamkan objek yang kita arah.
Alat pengatur jarak ini dihubungkan dengan gelang pengatur jarak yang ada
dan berhubungan dengan lensa. Usaha untuk menepatkan penajaman, yitu dengan
memutar-mutar gelang tadi.
5. Media Penyimpan
Media penyimpan gambar
pada jaman dahulu menggunakan media film. Setalah era digital ini media
penyimpan menggunakan Memory Card, Memory Stick dan Compact Flash.
6. Lampu Kilat
Lampu kilat (blitz) merupakan sarana
pembantu dalam pemberian cahaya dalam pemotretan film berwarna pada khususnya,
baik didalam ruang atau diluar ruangan.
Sumber tenaga listriknya didapati dari batery yang jenisnya paling kecil
(biasanya), pada lampu kilat yang besar dipakai accu sebagai sumber tenaga
listriknya. Kemudian adanya transformator yang berfungsi menaikkan tegangan
arus listrk yang diperlukan.
Keterangan gambar
:
1.
Sumber
tenaga listrik (batery);
2.
Transformator;
3.
Kondensator;
4.
Lampu
penunjuk;
5.
Tabung
lampu kilat;
6.
Penghubung
arus (berhubungan dengan kamera).
Kondensator atau elco
adalah tempat arus bertegangan tinggi dimana dikumpulkan menanti saat
digunakan.Lampu penunjuk yang berwarna kuning bla menyala berarti menunjukkan
bahwa elco telah berisi penuh dan siap digunakan. Tabung lampu kilat mempunyai
kutup positip dan negatip yang akan menghasilkan loncatan arus berupa kilatan
cahaya yang kita gunakan pada saat kita memotret.
Penghubung arus yang
dihubungkan dengan tombol penggerak rana, cara kerjanya adalah arus listrik
yang berasal dari batery dinaikan tegangannya oleh tranformator dikumpulkan
dalam elco, bila telah terisi penuh maka lampu penunjuk akan menyala (dengan
warna kuning). Dengan cara menekan tombol penggerak rana pada kamera, arus pada
lampu kilat terhubungkan maka meloncatlah arus listri yang ada dalam elco dari
kutup positif ke kutup negatifnya menghasilkan kilatan yang sedimikian kuat
sinarnya.
Gangguan yang umum dari
lampu kilat adalah lampu penunjuk menyala tetapi lampu kilatnya tidak mau
menyala sedangkan pengisiannya sempurna maka tabung lampunya yang harus
diganti. Bila lampu penunjuk tidak menyala dan terdengar suara dengung yang
panjang berarti elco sudah tidak mampu lagi menampung arus atau ada kebocoran
dalam elco.
Sifat-sifat cahaya lampu kilat
Penggunaan lampu kilat
secara sembarangan akan menyebabkan rusaknya suasana atau peristiwa yang kita
fokus. Bahwa pemotretan dengan lampu kilat hampir selalu memberikan bayangan
yang hitam pekat. Sesuatu yang sangat terasa mengganggu adalah adanya
garis-garis bayangan pinggir pada objek yang hitam pekat.
Pada lampu kilat terdapat cermin pemantul dibelakang tabung yang gunanya
untuk mengumpulkan atau memantulkan sinar maka dengan sendirinya memperkuatnya
pula. Kuat cahaya sebuah lampu kilat mengenai objek-objek banyak tergantung
pada jarak antara lampu tersebut dengan objek.
Makin dekat suatu objek makin kuat cahaya yang diterima dan makin berkurang
cahaya yang mencapai objek tersebut jika jarak yang harus ditempuh cahaya itu
makin jauh.
C.
PROSES PENGATURAN ALIRAN CAHAYA
Setelah anda memahami
bagaimana sistem kamera SLR menangkap cahaya, pada bagian ini akan dijelaskan
secara detail bagaimana proses aliran pancaran cahaya itu terjadi pada sebuah
kamera serta faktor apa yang berpengaruh terhadap hasil akhir dari kerja fotografer.
Untuk mengahsilkan sebuah
gambar, kamera dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu :
·
Berapa
banyak cahaya yang melewwati lensa.
·
Berapa
lama sensor terkena cahaya.
1.
Aperture
Untuk menambah atau
mengurangi cahaya yang melwati lensa, anda dapat mengatur ukuran bukaan lensa
atau aperture. Sistem
kerja bukaan lensa tersebut mirip sekali seperti bukaan pada retina mata
manusia atau disebut iris. Pada pusat iris terdapat bukaan melingkar yang
disebut pupil. Diameter pupil
akan berkonstraksi pada lingkungan yang cerah dan akan melebar pada lingkungan
yang gelap. Diameter pupil akan mengatur sejumlah cahaya yang masuk mencapai
retina mata manusia.
Bukaan lensa pada sistem
kamera terdiri dari beberapa metal tipis yang saling ditumpuk hingga membukaan
yang dapat diatur ukurannya. Bukaan lubang cahaya tersebut dapat merapat atau
melebar dengan ukuan diameter tertentu. Saat lubang dibuka lebar-lebar cahaya
akan lebih banyak masuk ke dalam kamera. Demikian sebaliknya, jika bukaan lensa
itu dikecilkan, maka cahaya yang masuk akan semakin sedikit.
Saat anda melihat objek
melalui viewfinder pada kamera SLR, aperture pada lensa akan terbuka secara
penuh sehingga image objek akan mudah terlihat dan diatur fokusnya, baik oleh
sistem kamera maupun secara manual oleh
penggunanya.
Saat tombol pelepas rana
ditekan, lempengan penyusun aperture tersebut akan menutup sesuai dengan nilai
bukaan yang anda atur. Pada saat yang sama, kaca pemantul pada body kamera
secara reflek akan melenting ke atas dan membiarkan sinar masuk ke dalam sensor
bersamaan dengan terbukanya shutte. Saat shutter tertutup kembali , posisi kaca
pemantul akan kembali menjadi seperti semula dan aperture akan kembali pada
posisi terbuka.
Pengaturan bukaan lensa
atau aperture stop itu akan dkombinasikan dengan kecepatan rana atau shutter
speed agar menghasilkan tingkat penyinaran yang tepat untuk mencapai sensor
kamera. Pengaturan bukaan lensa disebut pengaturan bukaan diafrgama.
Pada gambar tersebut terlihat beberapa notasi yang disebut F-Number. Notasi
ini merupakan ekspresi sistem dari diameter diafragma dengan focal length dari
lensa tersebut.
2.
Focal Length
Karakteristik lensa yang
paling penting adalah jarak titik bakar lensa tersebut. Jarak titik bakar
digunakan untuk menentukan kekuatan lensa dalam hal pembukaan objek.
Jarak fokus lensa dalam milimeter sama
dengan jarak fokus (f) lensa tersebut. Angka-angka bukaan diafragma sering
disebut f-number atau focal ratio. Penotasian angka diafragma sering dituliskan
sebagai berikut :
Penanda f/# sering
disimbolkan dalam sebuah notasi. Sebagai contoh, f-numer f/16 memiliki focal
length yang dapat dituliskan menjadi N=16. f adalah focal length, sedangkan D
adalah diameter diafragma (pupil).
Semakin besar angka diafragma, akan semakin kecil lubang diafragmanya, demikian
juga sebaliknya. Diameter diafrgama (pupil) proporsional dengan aperture stop
sistem tersebut.
3.
Teknik Modern Fotografi Digital
Focal length merupakan
jarak lensa ke film saat fokus pada objek. Dengan kata lain, focal length juga
merupakan arak objek dari kamera. Lensa tersebut dapat digeser-geser untuk
mendapatkan tingkat fokus yang paling tajam.
4. F-Stop
Istilah f-stop, yang juga
disebut f-number yang memang terkadang membingungkan. Beberapa number atau
nomor tersebut mengindikasikan bukaan lensa, yang akan mengatur seberapa besar
cahaya yang masuk ke dalam kamera. Nomor angka tersebut sepadan dengan focal
length yang dibagi dengan ukuran aperture lensa.
Sebagai contoh, f/16
berarti bahwa diameter diafragma sama dengan focal length yang dibagi dengan
angka enam belas. Jika kamera memiliki lensa 80 mm, berarti cahaya dapat masuk
mencapai film melalui lingkaran, berdiameter 80 mm/16=5 mm. Secara fisik bukaan
diafrgama tersebut adalah sekitar 5 mm. Setelah mengetahui diameter bukaan,
anda dapat mengetahui radius dari bukaan lensa tersebut. Radius adalah ½ dari
diameter. Dengan demikian, radius bukaan tersebut adalah 2,5 mm. Setelah
mengetahui radius, anda pun dapat mengetahui luasan dari bukaan diafrgama
tersebut saat mengenai sensor. Rumus luasan lingkaran adalah pi X (radius)2
= 19,63 mm2. Standar skala f-stop yang ada adalah f/1, f/1.4, f/2,
f/2.8, f/4, f/5.6, f/8, f/11, f/16, f/22, f/23, f/45, f/64, f/90, dan
seterusnya.
Sebagai contoh, berikut
tabel area aperture pada lensa 50 mm dengan skala f/stop standar.
f/stop
|
Diameter
|
Radius
|
Area (mm2)
|
f/1.0
f/1.4
f/2.0
f/2.8
f/4
f/5.6
f/8
f/11
f/16
f/22
|
50.0
17.9
12.5
8.9
6.3
4.5
3.1
2.3
1.6
1.1
|
25.0
17.9
12.5
8.9
6.3
4.5
3.1
2.3
1.6
1.1
|
1.963
1.002
491
250
123
63
31
16
8
4
|
5. Brightness
Setiap lensa memiliki
spesifikasi bukaan dari range aperture terkecil hingga aperture terbesar Secara
umum range tersebut berada antara f/2
(bukaan besar) hingga f/16 (bukaan kecil). Walaupun sangat bervariasi, range
tersebut tergantung pada lensanya. Lensa-lensa kamera 35 mm professional
memiliki f-number di bawah f/1,0 bahkan lensa professional untuk kamera movie
memiliki f-number dibawah f/0,75 (aperture yang sangat lebar ).
Lensa-lensa dengan aperture sangat lebar itu
dikenal sebagai lensa super cepat karena membutuhkan kecepatan rana ang tinggi
untuk mengurangi waktu pencahayaan. Mengapa bukan rana yang lebar itu
dibutuhkan ? Hal tersebut disebabkan bukaan yang lebar tidak membutuhkan cahaya
yang banyak agar dapat menangkap gambar objek secara sempurna. Dari sifatnya
tersebut, lensa dengan bukaan yang lebar tersebut sangat dibutuhkan oleh para
wartawan, yang terkadang berada dalam kondisi yang minim cahaya saat berusaha
mendapatkan momen tertentu.
Ukuran bukaan rana juga berpengaruh
terhadap kecerahan objek yang di-capture serta depth of field objek latar.
Pengaturan bukaan lensa cukup mudah karena setiap angka ‘stop’ akan tertera
pada lensa. Bagian yang cukup sulit adalah menetukan seberapa banyak sinar
diperlukan agar dapat memberi nilai kecerahan yang baik pada suatu objek.
6. Depth Of Field (DOF)
DOF atau Depth of Field ( ruang
tajam dalam Bahasa Indonesia) sangat popular di kalangan fotografer. Apakah
yang sesungguhnya yang dimaksud dengan DOF? DOF merupakan area yang sangat
tajam di sekililing objek utama daripada area lain. DOF berurusan dengan ruang tajam objek yang
terekam oleh sensor kamera.
DOF dapat diatur dengan
cukup mudah menggunakan kamera SLR anda. Pengaturan cahay yang masuk ke kamera
melaluli lensa hingga mencapai sensor dipengaruhi oleh berbagai perlakuan,
antara lain lensa, aperture, shutter, hingga kepekaan dan kecepaqtan ISO. Saat
anda membuka lensa selebar-lebanya, anda harus
mengatur shutter speed agar menghasilkan gambar yang baik. Demikian juga
sebaliknya jika bukaan lensa diatur sekecil-kecilnya. Nilai shutter speed harus
diatur lebih lambat agar menghasilkan objek yang baik. Demikian juga sebaliknya
jika bukaan lensa diatur sekecil-kecilnya. Nilai shutter speed harus diatur lebih
lambat agar menghasilkan objek yang kecerahannya optimal.
Pada kamera di SLR modern
terdapat pengaturan mode apture prionty. Mode tersebut akan mempermudah
fotografer untuk lebih mengatur DOF secara langsung, tentunya sesuai dengan
bukaan lensa yang tersedia. Bukaan lensa besar seperti f2.8 memiliki ruang
tajam yang sempit, sedangkan apture f/16 tentunya memilki ruang tajam yang
lebih luas.
Dapat disimpulkan bahwa
Depth of Field akan bertambah seiring dengan f-number. F-number denga angka
rtendah akan mendapatkan sebuah objek pada focus sedangkan sekelilng objek akan
berada diluar focus, sedangkan sekeliling objek akan berada diluar focus karena
ruang tajam objeknya sangat sempit. Beberapa lensa dengan f-number sangat
rendah terkadang menghasilkan fignett, dimana keempat sudut objeknya menjadi
gelap.
Blur yang terjadi secara
umum berbanding proporsional dengan diameter (D) dari apeture, dan berbanding
terbalik dengan f-number (f). Blur juga proporsional dengan focal length
(f). Depth Of Field berubah sesuai dengan apeture, focal length lensa, dan
jarak pengambilan gambar.
Berikut table untuk memudahkan
pengaturan Depth of filed :
DOF
|
Focal Length
|
Apeture
|
Jarak
Pengambilan
|
Luas
|
Pendek (lensa Wideangle )
|
Kecil ( nilai apeture besar )
|
Jauh
|
Sempit
|
Panjang (lensa tele foto )
|
Besar ( nilai apeture
|
Dekat
|
7. Shutter
Shutter atau shutter speed
digunakan untuk mengatur durasi sinar yang mengenai sensor setelah melalui
lensa yang intensitas sinarnya telah diatur menggunakan bukaan diafragma.
Bukaan diafragma atau aperture akan menghasilkan depth of field objek,
sedangkan shutter akan menghasilkan efek gerak atau menangkap pergerakan objek
yang terekam di sensor. Tidak seperti pada aperture yang selalu ada dalam
keadaan terbuka, shutter selalu ada dalam keadaan tertutup.
Jika melihat kembali perkembangan
sejak awal-awal ditemukannya kamera, systemshutter speed seperti pada kamera
modern saat ini belum ada. Kamera tradisional hanya menggunakan penutup lensa
manual. Untuk mengambil gambar penutup lensa itu dibuka dalam beberapa satuan
waktu tertentu. Oleh karena film pada saat itu memiliki sensitifitas cahaya
yang snagat rendah, waktu buka penutup lensa itupun relative lama.
Kamera-kamera digital saat
ini memilki teknologi pengatur bukaan shutter yang lebih akurat hingga
seper-ribuan per detik. Secara umum, terdapat shuter denga dua jenis utama pada
kamera-kamera modern, yakni lensa shutter atau central shutter dan focal plan
shutter.
8. Lensa Shutter dan Central Shuter
Pada lensa shutter ,
mekanisme shutter tersebut sangat dekat dengan lensa seperti pada bukaan
aperture. Tipe shutter digunakan pada kamera format besar dan format medium
serta pada kamera compact. Selain itu, tipe shutter juga menggunakan lempengan
penutup yang dapat digunakan untuk membuka dan menutup shutter dengan satuan
tertentu. Sistem shutter tersebut menyati dengan lensanya sehingga kamera
dengan sistem SLR yang konfigurasi lensanya dapat diubah tidak dapat digunakan
tipe bukan seperti itu karena tipe tersebut tidak Compatible.
Keuntungan lensa shutter
terletak pada mekanisme buka tutup yang relatif sederhana dan murah
dibandingkan dengan shutter focal plan. Sinkronisasi lampu flash dapat dilakukan
pada berbagai tingkat kecepatan . Pada model leaf shutter tidak ada variasi
kecepatan dan hanya terbatas pada satu 1/250 atau 1/500 per detik.
9. Focal Plane Shutter
Model kedua adalah model focal plane yang
diletakkan di dekat sensor atau film pada kamera flm base. Pada model
konvensional, shutter tersebut memiliki dua lempengan penutup untuk menutup
cahaya. Pengaturan waktu exposure dilkukan dari lempeng penutup tersebut. Bila lempengan
pertama disebut tirai depan sedangkan bila lempengan kedua tersebut tirai
belakang.
Tipe tradisional
focal-plane shutter itu diperuntukkan bagi kamera 35 mm. Tipe tersebut dibuat
pertama kali oleh Leica menggunakan dua tirai shutter. Shutter tirai tersebut
akan bergerak secara horizontal sehingga tirai tersebut menutup horizontal
travel focal plane yang bergerak secara menyamping. Tipe-tipe konvensional itu
disebut juga drum tipe shutter yang dibuat berbahankan kain sutra atau bahan
metal, seperti besi, baja, titanium dan lain-lain. Urutan shutter kamera analog
dari mulai close-open-close dapat anda perhatikan pada gambar berikut.
Shutter speed yang sangat
cepat akan membentuk celah sempit yang melintas secara horizontal. Tirai
pertama yang belum sepenuhnya terbuka telah disusul oleh tirai kedua.
Penggunaan teknik tersebut memungkinkan shutter speed pada kamera SLR modern
mampu mencapai kecepatan 1/400 hingga 1/800 per detik. Untuk mempermudah
gambaran speed yang snagat cepat pada kamera, berikut urutan proses
peembentukannya celah sempit pada tirai shutter.
Kotak garis-garisdi sisi
tengah merupaka frame yang terbentuk oleh bukaan aperture saat terjadinya
exposure.Pada gambar A di atas,shutter muka dan belakang masih tertutup.Saat
and mengatur toambol kecepatan shutter, posisi tirai pertama akan di tentukan
sesuai dengan tingkat kecepatan tersebut.Gambar B menunjukan bahwa tirai
shutter belakang dengan jarak yang telah anda tentukan saat mengantur tombol
kecepatan shutter.Gambar C menunjukan celah yang terbentuk untuk menghasilkan
tingkat exposed yang sangat kecil.Akhirnya, pada Gamar D,shutter telah selesai
bergerak dan dan tirai kedua penutup proses tersebut.
Kelemahan dari focal-plend
shutter terletak pada kecepatan sinkronisasi dengan flash (lampu kilat) yang
cenderung lambat.Namun dengan teknologi
kamera digita SLR saat ini, keceptaan sinkronisasi telah mencapai 1/250 hingga
1/500. Angka Shutster speeddituliskan
1/_yang berarti shutter memiliki kecepataan seper-detik saat penyinaran
atau exposed ke sensor. Secara umum,kecepatan shutter berkesar pada angka
berikut :
.....4 – 2 -1 -1/2 – 1/4 – 1/8 – 1/15 – 1/13 – 1/60 – 1/125 – 1/250 – 1/500
– 1/1000 – 1/2000 -1/4000 – 1/8000 ( detik )...........
Setiap tingkatan
kecepataan shutter tersebut step. Sebagai contoh, jika shutter speed di
posisikan pada angka 2, atau ½ berarti ada 2 step. Sebagai tambahan, terdapat
shutter indikator yang berupa huruf,biasanya T, B, atau X.
Tirai depan akan tebuka
saat tombol shutter ditekan dan akan tentap terbuka meskipun tombol shutter
dibiarkan lepas. Saat anda menekan kembali tombol shutter. Teknik tersebut
digunakan dalam pencahayaan yang membutuhkan waktu hingga beberapa menit.
10. B ( Bulb )
Shutter akan tebuka saat
tombol shutter ditekan.Saat tombol shutter di lepaskan, shutter akan tertutup
kembali.Fitur tersebut juga digunakan dalam teknik pencahayaan yang lama
meskipun hanya beberapa detik saja.
11. X ( Sinkronisasasi lampu kilat )
X merupakan kecepatan
shutter optimal shutter optimal saat menggunakan lampu kilat (flash). Sinkronisasi maksimal shutter speed itu
bervariasi tergantung pada mekanisme shutter dari setiap kamera.
11. Shutter dan kecerahan
Kecepataan shutter yang
rendah memunkinka sensor kamera digital disinari dengan waktu yang lama. Jika
sensor terkena sinar dengan jumlah yang banyak, maka kecerahan gambar akan
semakin bertambah pula. Sifat seperti itu memungkinkan pengambilan gambar
dengan dengan kedaan lingkungan yang gelap seperti malam dapat di lakukan
kedaan lingkungan yang minim cahaya, atau dengan terpaksa menggunakan lampu
kilat. Tentu saja lampu kilat tidak akan dapat menangkap warna-warna lampu alami
pada malam hari.
Ada beberapa kondisi yang
menjadi syarat untuk melakukan pengambilan gambar di malam hari,yaitu objek
yang tentunya dalam keadan diam, tidak bergerak. Kamera harus dalam keadaan
yang stabil dan diam sehingga penggunaan penopang atau monopod/tripod memang
disarankan. Terakhir, anda dapat menggunakan funsi self-timer atau romet untuk
menekan tombol shutter.
12. Shutter dan kesan gerak
Jika anda mengambil gambar
dengan hutter lambat serta objek yang bergerak akan di hasilkan kesan kabur
atau blur. Kamera dengan lensa panjang ( teleppoto) sangat rawan sekali
terhadap blur objek itu. Untuk menghindari kekaburan gambar terebu, alangkah
Baiknyah jika anda menggunakan tripoad atau monopod.Jika anggaran anda
lebih, anda dapat memilih lensa-lensa yang dapat meminimalisir gerakan ,
seperti fituer image stabilizer, vibration Reduction, atau memilih kamera
berteknologi anti shake.
Ada rumus sederhana untuk
menghindari blur sebagai akibat dari gerakan penopang kamera yang kurang stabil
dan diam. Blur itu dapat diminimalisir dengan melakukan pengambilan gambar ada posisi 1/focal length
pada lensa yang anda gunakan. Sebagai contoh, jika anda menggunakan lensa
telephoto 200 mm, makashutter speed yang anda gunakan minimal 1/200 detik. Akan
lebih baik lagi jika anda mengatur shutter speed melebihi kecepatan shutter
minimal pada persamaan tersebut.
Beberapa teknik
pengambilan gambar blur itu justru sangat artistik untuk menggambarkan kesan
gerak objek. Sebagai contoh, anda dapat menggambil gambar air terjun yang
berkecapatn rendah sehingga menghasilkan efek lembut yang sangat terkenal.
Semkin cepat anda memilih shutter speed, kesan blur akan semakin hilang. Butir-butir
air yang terekam saat ini terjatuh dari daerah yang tinggi ke daerah yang
rendah akan terlihat lebih detail.
Demikian sekilas pemahan untuk mengenal
kamera fotografi moderen dan cara kerjanya.
Semoga bermanfaat!
___________
*) Disampaikan
pada Workshop Teknik Fotografi Guru Produktif TIK melalui fasilitas MGMP
TIK Kota Tegal tahun 2011.
**) Disarikan
dari buku :
-
Teknik
Modern Fotografi Digital, Edi S. Mulyanto, Andi Yogyakarta, 2006
-
Teknik
Fotografi, Daryanto, B.Sc., Aneka Ilmu Semarang, 2006.
-
101
Tips dan Trik Kamera Digital, Asdani Kindarto, PT Elex Media Komputindo
Semarang, 2008.
-
Super
Photographer, Atok Sugiarto, Creative Media Jakarta, 2008.
-
Panduan
Praktis Teknik Studio, Griand Giwanda, Puspa Swara, 2004.
-
Fotografi
Hitam Putih, Thomas McGovern, Andi Jakarta,
2003.
-
Buku
Saku Panduan Memotret, DAFF Photography, 2008.
0 Comments
Bagaimana Pendapat Anda ?